Seputar Bumi Khatulistiwa

Minggu, 03 Juni 2012

Kontemplasi lewat Jejak Soekarno

 
“HINDARKAN PERANG SAUDARA. PRO DAN KONTRA TETAP BERSATU, SAMBUTLAH LINGGARJATI DENGAN TENANG”
Ini dia slogan yang di serukan dalam poster pemerintah menjelang diselenggarakannya sidang pleno KNPI di Malang, tanggal 25 februari s/d 6 maret 1947 

Linggarjati adalah area di mana keseharian saya yang sering melintasi kawasan ini dengan menggunakan skutermatik black saya yang berplat 5900. Memang tak jauh antara linggarjati dengan home upset-saya sehingga menjadikan Linggarjati tak asing lagi di mata saya.  Di sinilah ada salah satu tempat medan tempur masa lalu antara indonesia dengan kawanan penjajah yang bertepatan pada tanggal 10-13 November 1946. Maka dari itu kawasan linggarjati menjadikan objek bersejarah. Tempat ini di namakan Gedung Perundingan Linggarjati. Bangunan berbentuk tua ini telah mengukir sejarah Memorial. 

Yang menjadikan passion pembicaraan kali ini adalah tentang Gedung Perundingan Linggarjati. Sebelum kesana, kita bereuforia dulu yuk ke letak geografis Desa Linggarjati. Desa Linggarjati terletak pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Wilayah ini berada di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Penduduk di sini sekitar 75% bermata pencaharian sebagai petani. Linggarjati di apit oleh 3 desa :
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Linggasana
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Linggamekar
  • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lingga Indah
  • Sebelah Barat Berbatasan dengan Gunung Ciremai
Dari arah Cirebon +25 km sedangkan dari arah Kuningan +15 km. Kawasan ini mudah dijangkau oleh kendaraan umum baik dari arah Cirebon maupun dari Kuningan.


LINGGARJATI MENGUKIR SEJARAH

 


Sejak tanggal 7 oktober 1946 Indonesia dan Belanda mulai berunding kembali dengan tekad untuk mencapai suatu persetujuan. Perundingan tersebut di adakan dengan peantaraan Lord Killearn dari Inggris. Delegasi belanda yang dinamakan Commissie  General, khusus datang dari negeri Belanda di bawah pimpinan Prof. Ir. W.Schermerhorn, sedangkan delegasi Republic Indonesia dipimpin oleh Sutan Sjahrir, perdana menteri Republic Indonesia, setelah berhasil membentuk Kabinet untuk ketiga kalinya. Adapun kearah kesepakatan politik diawali dengan adanya persetujuan gencatan senjata (cease fire) yang ditandatangani pada tanggal 14 oktober 1946.
Proses penandatangan persetujuan linggarjati berlangsung cukup lama. Di negeri belanda maupun Indonesia banyak timbul reaksi keras yang menentang persetujuan itu. cabinet belanda merundingkan naskah persetujuan ini selama satu setengah bulan. Sedangkan di Indonesia situasi militer memburuk. Sering tembak menembak dari kedua belah pihak. Sementara itu partai-partai politik yang menentang linggarjati seperti PNI, Masyumi dan lain-lain bentuk benteng republic agar KNIP (parlemen Republik Indonesia di masa itu) berhasil meratifisir persetujuan tersebut, maka presiden soekarno terpaksa mengeluarkan peraturan presiden no. 6 untuk menambah anggota-anggota KNIP. Barulah KNIP berhasil menyetujui Persetujuan Linggarjati. Akhirnya delegasi republic Indonesia di bawah pimpinan perdana menteri Sutan Sjahrir  dan delegasi belanda di bawah pimpinan Prof. Ir. W Schermerhorn menandatangani persetujuan tersebut di istana Rijswijk (sekarang istana Negara) Jakarta pada 25 maret 1947.
Sesudah ini diadakanlah serangkaian perundingan di Jakarta dan di Linggarjati, kuningan sebelah selatan Cirebon pada 10-13 Nopember 1946. Dari hasil perundingan di linggarjati, di peroleh suatu kesepakatan berupa naskah persetujuan yang kemudian di paraf oleh kedua belah pihak di pegangsaan timur 56 jakarta pada 15 nopember 1946. Karena naskah persetujuan itu masih bersifat sementara dan harus mendapat persetujuan dari pemerintah kedua belah pihak. Isinya antara lain adalah bahwa belanda akan mengakui kekuasaan Republik Indonesia secara de facto atas pulau jawa, Madura, dan sumatera. Akan ada suatu masa pemerintahan peralihan, dan akan di bentuk pula uni Indonesia-belanda.


Musium Memorial
Musium Memorial
Dengan di tandatanganinya persetujuan linggarjati, maka dunia internasional mulai mengakui kekuasaan de facto dari republic Indonesia. Di mulai dari inggris pada 31 maret 1947, amerika serikat pada 23 april 1947, mesir mengakui republic Indonesia secara de facto dan de jure pada 10 juni 1947, di susul pula dengan Negara- Negara Lebanon, Syiria, Irak, Afghanistan, Saudi Arabia, Yaman dan Burma.
Papan Naskah Persetujuan Linggarjati

Sesuai menandatangani persetujuan linggarjati, sjahrir terbang ke new delhi, atas undangan pandit jawaharial Nehru dengan jemputan pesawat khusus, untuk menghadiri inter asian relations conference yang diadakan di New Delhi, pada 23 Maret-2 april 1947. Di sana sjahrir dijuluki sebagai bom atom dari asia. Pada kesempatan tersebut, menyampaikan pidato di depan peserta konferensi. Kedatangan syarir menambah bobot konferensi tersebut. Disitu sjahrir dapat mengadakan kontak pribadi dengan beberapa tokoh politik seperti mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru, wijaya laksmi pandit, saroyini naidu dan tokoh-tokoh asia lainnya.
Diorama Perundingan Linggarjati

Diorama

Diorama




Kamar Tidur Delegasi

Jam Peninggalan


Riwayat Gedung Perundingan Linggarjati

Darah Bekas Pertempuran







Taman Gedung Perundingan Linggarjati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar